“Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Rabbmu agar aku dan keluargaku menjadi teman karib yang menemanimu di syurga kelak” pinta wanita perisai rasul, Nusaibah binti Ka’ab yang tak gentar menghadapi musuh demi melindungi nabi kecintaan seluruh ummat Muhammad Sallallahualaihiwassalam di perang uhud.
Beliaulah wanita yang menorehkan tinta emas dalam sejarah islam, Ummu Imarah kunyah-nya, berasal dari kalangan Anshar, suku Khazraj dari bani Mazin bin An-Najjar yang terlahir di kota Madinah. Beliau menikah dengan Zaid bin Ashim al-Mazini An-Najjari dan dikaruniai 2 putra, yaitu Abdullah dan Habib. Setelah Zaid meninggal, Ummu Imarah menikah dengan Ghazyah al-Mazini an-Najjari dan dikaruniai seorang anak bernama Khaulah.
Nusaibah adalah salah satu shahabiyah yang agung, ia mulai merasakan nikmatnya iman dan islam dari awal mula kedatangan Mus’ab bin Umair ra. ke Yatsrib untuk menyebarkan islam. Kemudian ia memutuskan untuk berbaiat kepada rasulullah dan termasuk satu dari dua wanita yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar pada Baiat Aqabah Kedua yang merupakan sumpah setia kaum muslimin untuk membela Rasulullah saw. dan Islam. Baiat Aqabah Kedua ini sering disebut dengan baiat perang, dimana mereka siap membela dan melindungi Rasulullah saw. saat beliau saw. hijrah ke madinah sebagaimana mereka membela dan melindungi keluarganya. Dan ini berarti bahwa mereka siap untuk berperang.
Karena islam memberikan kesempatan kepada wanita untuk mengembangkan kualitas diri agar setara dengan laki-laki, kesempatan ini tentunya tidak disia-siakan oleh para shahabiyah dan istri-istri rasulullah saw. untuk belajar dan mempersiapkan diri mencari modal da’wah. Tidak hanya menjadi ibu rumah tangga yang aktif mengurus rumah, mereka juga diberikan kebebasan untuk belajar dan berkontribusi untuk menyebarkan islam bahkan turun ke medan perang, itulah yang Nusaibah lakukan demi mewujudkan sumpah setianya kepada rasulullah saw.
Yang Nusaibah lakukan di Syawal tahun ke 3 Hijriyah pada saat perang Uhud adalah kisah kepahlawanan yang paling dikenang dalam sejarah islam. Dengan segenap tenaga dan keberaniannya ia melindungi rasulullah saw. Ia tergabung di bidang penting dalam peperangan yaitu medis dan logistik. Bersama para wanita lainnya, Nusaibah mengobati prajurit muslim yang terluka dan memasok air.
Seperti yang kita tahu, kaum muslimin menghadapi kekacauan di akhir peperangan karena pasukan pemanah yang abai dengan perintah rasul, alih-alih mendapatkan ghanimah, kaum muslimin di serang balik dan nyawa rasulullah saw. berada dalam keadaan yang berbahaya, Nusaibah tidak tinggal diam melihat kondisi yang super genting ini, dia mempersenjatai dirinya dan bergabung bersama para sahabat membentuk pertahanan untuk melindungi rasulullah saw.
Rasulullah melihat kegigihan Ummu Imarah yang memainkan pedang melawan musuh-musuh yang mencoba membunuh rasul saw. ketika seorang musuh bernama Ibnu Qami’ah mencoba melukai Nusaibah, rasul saw. memanggil Abdullah anak Nusaibah untuk membantu ibunya “wahai Abdullah, bantulah ibumu! Abdullah dengan sigap membantu ibunya akan tetapi Abdullah terluka parah dan darah tak henti mengalir, sang ibu menarik anaknya keluar dari pasukan dan membalut luka dengan perban yang ia bawa di ikat pinggangnya. Kemudian Ummu Imarah berkata kepada anaknya “bangkitlah bersamaku dan terjanglah musuh”. Melihat apa yang Nusaibah lakukan membuat Rasulullah saw. bersabda “siapakah yang mampu berbuat dengan apa yang yang engkau perbuat ini wahai Ummu Imarah?”.
Pujian itu didengar olehnya kemudian ia meminta sesuatu kepada Rasulullah dan berkata “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Rabbmu agar aku dan keluargaku menjadi teman karib yang menemanimu di syurga kelak”. Itulah impian terbesarnya di dunia dan akhirat, bukan kekayaan, keselamatan pada jasad dan ruh yang diinginkannya, yang ia impikan adalah menjadi ahli syurga dan pendamping rasulullah saw. di syurga.
Tak ada alasan untuk menolak permintaan Nusaibah melihat kesetiaannya yang luar biasa, rasulullah saw. berdoa:" "اللهم اجعل رفقائ في الجنة. Ummu Imarah sangat bahagia mendengarnya dan menjawab “Tidak akan ku pedulikan apa yang terjadi padaku setelah ini”.
Setelah itu, Ibnu Qami’ah musuh Allah berhasil memukul leher Ummu Imarah hingga ia terluka parah, luka ini membekas selama bertahun-tahun lamanya sampai ia kembali kepada Sang Pencipta. Terbukti bahwa do’a rasulullah saw. dirasakan oleh seluruh ahlil bait Ummu Imarah yaitu kedua putranya syahid di dalam peperangan membela agama Allah.
Nusaibah adalah sosok yang patut kita jadikan panutan, banyak teladan yang bisa kita teladani dari kehidupannya. Pertama, kehanifannya menerima islam, mampu mengubur kesombongan dari menganggap diri paling baik, sifat yang banyak dimiliki manusia lain sehingga sulit menerima kebenaran. Kedua, keteguhannya dalam memegang janji setia untuk melindungi rasulullah saw. dan islam yang tak perlu diragukan lagi. Ketiga, kekompakan keluarganya dalam membela islam, Ummu imarah dapat memerankan perannya sebagai istri dan ibu dengan luar biasa, mengerahkan keluarganya untuk berjihad di jalan Allah dan tak gentar menghadapi musuh islam, menanamkan pada anak-anaknya bahwa akhirat tujuan akhir dari perjalanan kehidupan. Beliaulah Nusaibah binti Ka’ab, berkedudukan tinggi di mata Islam. Hingga namanya selalu terkenang di dalam hati kaum mukminin dan mukminat.
Penulis : Alka Razaan
Gambar : vecteezy.com
0 Comments
Posting Komentar