Malam senin. Aku begitu putus asa. Entah apa yang membawa ku ke sana. Aku duduk termenung, bengong dan menatap kosong. Sebelumnya aku berfikir, kapan aku mati? Apa rasanya mati? Bagaimana aku mati? Nafas panjang aku hela kemudian.
Lagu keroncong terus bernyanyi sendirian. Malam pun tak banyak bintang. Angin juga tak ada yang mau bertiup. Kemudian aku melirik. Ada bayang hitam di ujung sana. tersenyum menyeringai, matanya menyala. Aku pun ikut tersenyum, tanda sapaan ku untuknya mempersilahkan duduk. Ia terheran-heran kaget, kenapa aku tak takut atau menjerit karena kedatangannya.
Aku tersenyum lagi. Dan mulai bertanya-tanya setelah lama bengong, apakah ini jawaban dari semua pertanyaan ku sebelumnya? Ternyata, aku didengar. Entah siapa di sana yang mampu mendengar keluh kesahku. Mengusap air mata ku, dan memelukku walau dingin pelukan nya. Tapi, ia hanya datang sekali. Tak apa.
Aku pejamkan mata, teringat semua kebaikan ku untuk semua orang. Karena aku yang baik atau mereka hanya sekedar memanfaatkan ku. Ah, persetan lah, buat apa aku pusing soal itu. Memang banyak manusia yang tak tau terima kasih. Tapi, masih lebih banyak yang lupa berterima kasih, aku salah satunya.
Aku buka mata ku kemudian, kenapa aku belum juga mati? Apa mati ku ditunda lagi? Atau memang aku yang harus menjemput nya sendiri? Tuhan, kalau kamu memang berniat menciptakan manusia, kenapa kamu terlalu banyak menciptakan yang banyak seperti mereka? Dan sedikit manusia yang kau ciptakan seperti aku? Dan.. Kemana pergi nya bayangan tadi? Kupikir memang dia itu Kiriman Mu, haha. Tuhan juga bisa melucu, terima kasih malam ini.
Salam sayang selalu, dariku.
Penulis : Nashih Faruq
Gamvar : moondoggiesmusic.com
0 Comments
Posting Komentar