Hoax kini telah membudaya, bahkan banyak pelaku hoax yang tidak sadar bahwa ia telah melakukan hoax dan telah menebarkan hoax. Bagaimana itu bisa terjadi? Itu bisa terjadi ketika seseorang menyebarkan berita dan segala apa yang didengar dan didapatkan tanpa memverifikasinya. Dan tahukah anda? Hal ini telah diterangkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم: كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: cukuplah seorang itu dikatakan pendusta, ketika ia menceritakan semua apa yang didengarkan (tanpa memverifikasinya). Islam telah meletakkan kaidah jurnalistik yang sangat sakti untuk menangkal hoax yang tertuang dalam hadits di atas.Verifikasi/ tabayyun adalah pembeda antara seorang dengan mental penebar kebenaran dan seseorang penebar hoax/dusta. Seseorang yang bermental penebar kebenaran tak akan mudah menyebarkan berita tanpa memverifikasinya terlebih dahulu, sebesar, semenarik apapun berita itu. Seseorang yang bermental penebar hoax tak akan ambil pusing untuk repot-repot memverifikasi berita/ informasi yang ia dapat, yang terpenting adalah ia menjadi penyebar berita/informasi yang menarik, bombatis, dan mencengangkan itu via medsos yang ia miliki agar bisa memanen popularitas dari like, comment, maupun repost berita tersebut. Yup, popularitas adalah satu alasan dari sekian banyak alasan lainnya yang membuat orang secara tanpa sengaja menebarkan hoax. Demi popularitas, orang tak hanya menjadi seorang penebar hoax, namun juga terkadang menjadi penjahat intelektual dengan melakukan plagiat terhadap karya orang. Mengambil karya orang lain tanpa mencantumkan sumber orang lain atau bahkan menyematkan namanya sendiri dalam karya itu, juga termasuk melakukan kebohongan.
Nah, Anda termasuk golongan penebar kebenaran atau kebohongan? Yuk instrospeksi perbaiki diri. /Rif’at
0 Comments
Posting Komentar