Setelah melaksanakan tugas selama 3,8 tahun di Sudan, Duta Besar
Republik Indonesia untuk Sudan dan Eritrea, Drs. Burhanuddin
Badruzzaman akan kembali ke tanah air. Untuk itu, KBRI Khartoum
bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Sudan
mengadakan ‘Malam Perpisahan’ dengan mengundang Seluruh Warga
Negara Indonesia (WNI) yang ada di Sudan ke Wisma Dubes RI pada
Kamis sore, 23 November 2017.
Acara dikemas dalam bentuk talkshow yang
menarik. Beberapa orang sengaja dipanggil ke atas panggung oleh
moderator untuk ditanya tentang kesan dan pesannya terhadap Bapak Dubes.
Pada saat itulah suasana penuh haru dimulai. Aris
Fudjasmedi, salah satu lokal staf KBRI Khartoum tak kuasa menahan
tangis saat menjelaskan kesan dan pesannya terhadap Bapak Dubes.
Untuk menyelesaikan penjelasannya Ia harus beberapa kali berhenti
untuk menenangkan diri dan mengatur nafas, menahan tangis dan air
mata yang siap jatuh dipelupuk mata. Pada waktu itu suasana tiba-tiba
menjadi sunyi, hanya terdengar isakan halus dari Pak Aris yang sedang
menahan tangis. Hal ini tentu
saja membuat para penonton terhanyut suasana, hingga terlihat
beberapa mata berkaca-kaca. Hal ini juga terulang ketika Nopri Ulika,
menyampaikan kesan-kesannya terhadap Bapak dan Ibu Dubes.
Drs. Burhanuddin Badruzzaman memang
sosok yang sangat baik. Bijak sebagai pimpinan di kantor, kebapak-an
tatkala berinteraksi dengan Mahasiswa, ramah
terhadap WNI tiap kali berjumpa, romantis
dan penyayang terhadap istri dan keluarga. Di
sela-sela kesibukannya sebagai Duta Besar, beliau selalu berusaha
menghadiri acara yang diadakan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI)
Sudan, bahkan bukan hanya
acara-acara resmi yang diadakan oleh PPI, acara non resmi semisal
pernikahan, aqiqahan
dan lainnya beliau turut menghadiri.
Hal-hal di atas membuat banyak
orang merasa berat hati
ketika mengetahui Beliau akan pulang ke Indonesia dan digantikan oleh
duta besar yang baru. Nopri Ulika, ketika menyampaikan kesan dan
pesan, ia menyatakan, “Kami berharap, Bapak bisa bersama kami dan
terus menjadi Dubes di sini”. Pernyataannya ini, mewakili suara
hati banyak orang yang mengenal sosok beliau yang begitu baik.
Acara
kemudian berlanjut ke sesi persembahan dan pertunjukkan dari
Mahasiswa, PPMI, dan Staf KBRI. Pada sesi ini suasana kembali penuh
haru ketika dilakukan pemutaran film dokumenter tentang perjalanan
kehidupan Beliau yang berjudul ‘Burhan’. Film ini dipersembahkan
oleh Asbaq Film sebagai hadiah untuk Beliau dan dibintangi oleh
Mahasiswa/i dan Staf KBRI Khartoum. Film itu menceritakan tentang
perjuangan dan jatuh-bangun beliau menghadapi penyakit yang
dideritanya serta kesetiaan dan kesabaran Ibu Wahyuli sebagai
Istri dalam mendampingi
beliau, hingga bisa melewati
semua cobaan itu. (Rif’at)
0 Comments
Posting Komentar