Dibuka! Restoran Indonesia Pertama di Sudan.

 
Hidup di negeri perantauan, memang tak semudah hidup di negeri sendiri. Soal makanan yang merupakan kebutuhan pokok saja, sering kali lidah kita harus dipaksa untuk menerima rasa makanan yang jauh berbeda dengan rasa khas makanan tanah air kita. Suka atau pun tidak? Begitulah yang seringkali dialami para perantau.
 
Lidah memang bisa dipaksa, namun masalah hati, beda cerita.  Yah, paksa memaksa tidak lagi berguna ketika lidah diprovokasi hati yang sedang rindu masakan bunda. Ingin makan masakan bunda, tapi apalah daya bunda jauh di sana, yang ada hanya fuul dan adas  (keduanya makanan khas Sudan) yang tak mengundang selera, akhirnya hanyalah Indomie dan telur rebus jadi teman setia mahasiswa. Sebenarnya, kita bisa saja memasak sendiri, browsing  resep masakan lalu mencoba memasak sendiri. Namun jadwal kuliah yang padat, amanah organisasi, dan banyak hal lainnya acap kali menghalangi kita untuk memasak.
 
Tampaknya hal-hal di atas memanggil Kang Hilman Firmansyah untuk mengobati para mahasiswa yang sedang dilanda rindu masakan ibu, sekaligus memperkenalkan cita rasa makanan nusantara di Benua Afrika.
 
Mahasiswa International University of Africa  jurusan Sunnah wa ‘ulumul hadits semester VII asal tanah Pasundan ini mendirikan restoran Indonesia pertama di negara Sudan. Dengan adanya restaurant ini, Ia juga ingin membangun kemandirian tolibul ‘ilm syar’I  yang merupakan calon da’i­ di tanah air setelah menyelesaikan studinya di Sudan. Karyawan restoran ini hampir seluruhnya mahasiswa Indonesia. Tentunya dengan jam kerja yang tidak menganggu kuliah. “Sebenarnya nama awal restoran ini adalah rindu ibu, sejalan dengan motivasi saya mendirikan restoran ini. Namun karena kata ‘rindu ibu’ sulit diucapkan oleh orang Afrika dan lainnya, akhirnya kami ganti menjadi nusantara, maknanya bagus lagi mudah diucapkan. Dengan adanya restoran ini saya juga ingin melatih dan mewujudkan kemandirian dalam diri kita sebagai calon da’I. Saya merasa tertampar perkataan Bapak Duta Besar RI Drs. Burhanuddin Badruzzaman untuk Sudan dan Eriteria dalam suatu acara, waktu itu beliau berkata, tidaklah dikatakan suatu dakwah itu berhasil, jika ketika ingin mengadakan dauroh, kajian dan lainnya masih mengandalkan proposal.” ujarnya ketika El-Nilein mewawancarai Kang Hilman.
  
 
 
Sesuai target pasar utama, restoran ini terletak di tempat yang sangat strategis, yaitu di komplek pertokoan yang berada di kawasan kampus International University of Africa (IUA), tepatnya di belakang gedung Administrasi Kampus IUA atau lebih dikenal sebagai gedung jawazaat IUA di kalangan mahasiswa.
 
Setelah kurang lebih dua bulan  mempersiapkan segala sesuatunya, restoran ini akan dibuka pada hari sabtu esok hari (18/11/’17). Rencananya pada acara pembukaan restoran itu, akan ada 100 porsi menu gratis pada menu tertentu dan harga promo pada menu lainnya. Wah… menarik bukan? Ayo serbu!!! (Rif’at).


Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak