"Hanya dengan setetes darah, kita bisa menyelamatkan hidup
orang lain" Ibu Sri Wahyuli, Ketua Dharma Wanita Persatuan Sudan
Sekilas mengenai Dharma Wanita Persatuan (DWP)
Dharma Wanita Persatuan adalah
sebuah organisasi yang didirikan pada tanggal 5
Agustus 1974 yang bergerak
dibidang Pendidikan, Ekonomi dan Sosial Budaya. Organisasi ini bernama Dharma
Wanita sebelum berubah menjadi Dharma Wanita Persatuan. Penggagas pertama kali
organisasi para istri Pegawai Republik Indonesia ini adalah Ibu Negara kita
pada saat itu yaitu Ibu Tien Soeharto. Kemudian resmi didirikan oleh bapak Amir Machmud
sebagai Ketua Dewan
Pembina
KOPRI.
Pada tahun 1998 ketika terjadi Reformasi
dilakukan perubahan mendasar pada organisasi ini yaitu dengan menjadikan Dharma
Wanita sebagai badan organisasi kemasyarakatan yang independen dan netral dari
politik. Dan dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Dharma Wanita yang diselenggarakan pada 6-7 Desember 1999 disahkan
perubahan nama Dharma Wanita menjadi Dharma Wanita Persatuan. Sekaligus
menetapkan Ny. Dr. Nila F Moeloek sebagai Ketua
Umum Dharma
Wanita Persatuan.
Dharma Wanita Persatuan di Sudan
Diketuai oleh Ibu Sri Wahyuli, Dharma Wanita
Persatuan Sudan telah banyak melakukan kegiatan sosial yang sangat dirasakan manfaatnya
langsung oleh para WNI yang berada di Sudan terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi.
Seperti kegiatan yang baru saja dilaksanakan dalam rangka memperingati HUT DWP
yang ke-17 sekaligus merayakan momen Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22
Desember.
DWP Sudan mengadakan beberapa rangkaian
kegiatan bakti sosial. Dimulai dengan bazar yang diadakan pada saat Asian
Culture sebagai bentuk penggalangan dana untuk kegiatan sosial selanjutnya.
Acara ini menuai kesuksesan penuh dilihat dari ramainya stand Indonesia dari
awal hingga berakhirnya acara. Para turis dari berbagai negara tak kunjung
habis menyambangi stand Indonesia yang dipenuhi oleh pernak pernik Indonesia
khususnya batik dan juga macam-macam olahan makanan khas Indonesia.
Rangkaian
kegiatan selanjutnya adalah pembagian sembako dan donor darah yang dilaksanakan
bersama dengan perayaan Hari Ibu. Upacara bersama mengawali kegiatan pada hari
itu kemudian dilakukan penyerahan sembako secara simbolis yang ditujukan untuk
para mahasiswa yang tersebar dibeberapa asrama.
Puncak acara HUT DWP jatuh pada kegiatan donor
darah. Para mahasiswa sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan rela mengantri
untuk mendonorkan darahnya. Meski telah dimulai sejak pukul sebelas pagi hingga
pukul empat sore namun ternyata belum semua peserta pendoror mendapat giliran
untuk mendonorkan darahnya. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa sudan memiliki
jiwa sosial yang tinggi dan rasa ingin berbagi walaupun hanya dengan setetes
darah yang mereka miliki.
"Tanpa memiliki jiwa sosial
kita tidak akan menjadi apa-apa. Hampa nan hambar seperti sayur yang tiada
terbubuhi garam." Tutur Ibu Sri Wahyuli, Ketua Dharma
Wanita Persatuan Sudan ketika diwawancarai disela-sela acara.
“Apapun
yang bisa kami berikan untuk menebar manfaat akan kami lakukan semampu yang
kami bisa. Karena seberat apapun ujian jika kita melakukannya bersama-sama maka
beban itu tidak akan terasa dan justru akan menjadi ringan.” Lanjut ibunda
yang lahir pada 20 Juli 1960 di Klaten, Jawa Tengah.
Hari Ibu Menurut Ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Sudan
Sehubung
dengan momen Hari Ibu kru Elnilein ingin mengetahui lebih dalam bagaimana makna
Ibu sesungguhnya menurut para ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan Sudan. Suasana
haru seketika menyelimuti ruang wawancara. Ada senyum ketegaran, air mata
tertahan juga buih hangat yang mengalir turun demi membahasakan kerinduan.
Membahas mengenai sosok Ibu memang selalu melahirkan perasaan emosinal
tersendiri karena Ibu adalah seorang yang sangat berharga dalam kehidupan. Dari
rahimnya kita terlahir ke dunia setelah beliau mengandung selama sembilan bulan
lamanya. Setetes asi darinya menjadikan kita tumbuh menjadi bayi yang sehat nan
lucu. Dengan kedua tangannya ibu selalu sigap memberikan kehangatan kala
ketakutan melanda, memeluk memberi ketenangan sambil membisikkan, ‘jangan takut
nak, ada ibu disini’.
“Ibu
adalah sosok yang paling spesial dan tiada duanya,” jawab Ibu Ade Afrianty ketika
ditanya bagaimana makna seorang ibu menurutnya.
“Perjuangan
ibu sangat luar biasa,” ucap Ibu Rini Anggraini dengan mata yang perlahan
basah karena tidak sanggup menahan keharuan.
“Seorang
anak meski ia telah berumur enam puluh tahun bagi seorang ibu ia akan tetap
menjadi anak kecil untuk ibunya,” penuh kelembutan Ibu Sri Wahyuli
memberikan nasihat dan menceritakan sedikit kisah beliau dengan sang ibunda.
“Hari
ibu bukan hanya hari ini saja, melainkan setiap hari adalah hari ibu. Tapi
mungkin momen hari ibu ini bisa menjadi pengingat kita untuk kembali memberikan
perhatian dan kebahagiaan untuk ibu kita. Karena kasih sayang ibu pada kita
berdasarkan cinta karena Allah.” Jawab Ibu Rintis Yona dengan raut penuh
ketegaran dan mata berkaca-kaca.
“Ibu
adalah seorang pejuang dan seorang guru. Pejuang untuk kesehatan anak-anaknya
dan seorang guru untuk kesuksesan anak-anaknya.” Ujar ibu Siti Rusmiati,
ibunda tiga anak yang selalu semangat dalam setiap kegiatan.
Seorang
ibu jika sudah mengenai perihal anaknya akan melakukan segalanya demi
kelangsungan hidup dan kebahagiaan sang anak. Meski ia harus berbohong dengan
mengatakan bahwa ia sudah makan ketika tiada lagi yang tersisa kecuali sepiring
nasi. Meski ia harus berbohong dengan mengatakan bahwa ia tak lelah walaupun ia
telah terjaga semalaman ketika anaknya jatuh sakit. Meski ia harus berbohong
dengan mengatakan bahwa ia baik-baik saja ketika kesendirian menemani harinya
kala anak-anaknya telah beranjak dewasa dan memiliki keluarga masing-masing.
Maasya Allah, sungguh luar biasa perjuangan seorang ibu.
“Berbahagialah
jika kalian masih memiliki ibu. Gunakan kesempatan dengan membahagiakan ia
meski hanya sekedar memberi kabar dan mengajaknya bercanda. Segeralah kalian
pulang ke Indonesia dan mengabdilah untuk bangsa. Jangan membuang-buang waktu
karena tanah air telah menunggumu.” Nasihat Ibu Sri Wahyuli yang juga merupakan
istri dari Duta Besar untuk Sudan dan Eritrea, Bapak Burhanuddin Badruzzaman untuk
mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang sedang melanjutkan study di Sudan./Af
0 Comments
Posting Komentar