Apakah
itu IMI? Jika pertanyaan ini diajukan kepada setiap Mahasiswa/I
Indonesia yang berada di Sudan, mungkin hanya segelintir dari mereka
yang mampu menjelaskan secara detail segala hal tentang IMI, bahkan
mungkin masih ada yang untuk sekedar menyebutkan akronim dari “IMI”
itu sendiri saja tidak mampu. Miris.
Hal
ini terjadi tidak tanpa alasan. Banyak hal-hal yang melatarbelakangi
minimnya pengetahuan Mahasiswa/I Indonesia tentang IMI. Di antaranya
adalah minimnya sosialisasi IMI terhadap Mahasiswa/I Indonesia, serta
kurang maksimalnya pihak IUA memberi ruang peranan IMI sebagai
wasilah antara pihak kampus dan Mahasiswa/I Indonesia.
IMI
adalah akronim dari Ikatan Mahasiswa Indonesia di Intarnational
University of Africa. Sebuah lembaga yang dibentuk sebagai Badan
Eksekutif Mahasiswa afiliasi dari IUA dengan Mahasiswa/i Indonesia.
Didirikan pada 19 Oktober tahun 2002 silam. Apakah perbedaan utama
dari IMI dan PPI? Perbedaannya berada di luas cakupan dari kedua
lembaga tersebut. Jika PPI mencakup seluruh Mahasiswa/I Indonesia
yang berada di Sudan, maka IMI hanya mencakup Mahasiswa/I Indonesia
yang sedang menempuh studi di Internasioanl University of Africa
saja.
Amat
penting bagi seluruh Mahasiswa/I Indonesia mengetahu IMI dan perannya
yang amat vital bagi keberlangsungan studi mereka, sebab lembaga yang
benar-benar diakui pihak IUA sebagai perwakilan dari Mahasiswa/I
Indonesia hanyalah IMI saja. Peran vital IMI antara lain:
-
Wasilah menyampaikan informasi dan instruksi kampus IUA kepada Mahasiswa/I Indonesia
-
Menyampaikan aspirasi Mahasiswa ke pihak kampus
-
Media kerjasama antara perorangan/organisasi, semisal PPI dan IUA.
Maka,
jika terjadi apapun menyangkut studi, IMI lah yang berwenang untuk
menyelesaikannya, berdasarkan ketentuan IUA ketika dibentuknya IMI.
Untuk
menjalankan fungsinya dengan optimal IMI telah membentuk beberapa
departemen fungsional dari peran IMI, yaitu:
-
Departemen Pendidian dan Kebudayaan,
-
Departemen Informasi dan Sosial,
-
Departemen Olahraga, dan
-
Amnatul Banat.
IMI
kini mulai dikenal dan diketahui perannya oleh Mahasiswa/I Indonesia.
Baru-baru ini IMI mengadakan Malam Kebudayaan Indonesia atas
instruksi Qismu
Idaroh wan Nasyat IUA,
sebagai pembuka dari As-Sanah
Tsaqofiah
dan berhasil terlaksana dengan baik. Hal ini juga memberikan dampak
positif bagi Mahasiswa/I Indonesia yang sempat dianggap minim
kontribusinya terhadap kegiatan IUA, lebih dari itu, ditunjuknya
Mahasiswa Indonesia sebagai pembuka dari As-Sanah
Tsaqofiah yang
belum pernah diadakan sebelumnya merupakan indikasi dari besarnya
tingkat kepercayaan IUA terhadap Mahasiswa/I Indonesia. “Melihat
tingkat kepercayaan IUA terhadap kita, sepertinya kita akan lebih
banyak lagi dilibatkan dalam banyak kegiatan kampus, selain “Malam
Kebudayaan”, indikator dari tingginya kepercayaan mereka terhadap
kita adalah seringnya baru-baru ini kita diminta untuk menampilkan
pertunjukan kebudayaan, pada acara-acara penting mereka”.
Pungkas Abdurraham Sibghatullah, Ketua IMI saat ini, saat kami
mewawancarainya./ Rif’at
0 Comments
Posting Komentar