Pencabutan
subisidi BBM dan listrik pada tanggal 3 November 2016 memicu keresahan rakyat
Sudan. Hal ini wajar saja, karena pencambutan subsidi pada dua kebutuhan pokok
masyarakat Sudan tersebut juga merembet pada kenaikan harga kebutuhan hidup
lainnya. Contoh mudahnya, tarif kendaraan umum melonjak dua kali lipat.
Gelombang penolakan atas kebijakan pemerintah yang dianggap
memberatkan rakyat segera meluas. Tak cukup hanya kicauan-kicauan di dunia
maya, di beberapa titik tempat telah terjadi kerumunan massa menuntut perubahan
kebijakan tersebut. Sebagaimana dilansir oleh beberapa surat kabar Sudan,
setidaknya telah terjadi beberapa unjuk rasa beruntun selama dua hari
berturut-turut pada tanggal 6 – 7 November. Pada minggu malam (6/11) puluhan massa di ibukota
wilayah Al-Gazera, Wad Madani melakukan unjuk rasa terkait hal itu, namun tak
lama berselang, polisi membubarkan paksa unjuk rasa tersebut. Sementara itu, di
sebuah tempat bernam Al-Dueim di Khartoum
terjadi pula aksi serupa dengan meneriakkan slogan-slogan anti rezim.
Keesokan harinya (7/11) giliran mahasiswa yang turun melakukan
unjuk rasa. Sekelompok mahasiswa dari Universitas Khartoum, mahasiswa tehnik
Universitas Wad Nile di Albara (berjarak sekitar 320 km arah utara Khartoum)
serta ratusan siswa SMA di Darfur selatan melakukan unjuk rasa di tempat yang
berbeda, menuntut dicabutnya kebijakan pemerintah yang dianggap menyengserakan
mereka, namun lagi-lagi kerumunan massa dibubarkan paksa pihak kepolisian. Menanggapi hal tersebut, pihak kepolisian
menyatakan situasi masih aman dan belum ada kerusuhan terjadi. Ibrahim Usman,
Kapolda Khartoum mengimbau kepada masyarakat untuk tidak gampang terhasut oleh
ajakan untuk melakukan unjuk rasa, yang kini sedang viral di media sosial
Sudan. Ia pun menyatakan pihaknya akan menyebar seluruh pengamanan secara
merata sebagai langkah preventif atas kerusuhan yang mungkin saja terjadi.
Gelombang kepanikan dari massa yang merebak, tampaknya dimanfaatkan
oleh beberapa pihak yang berkepentingan. Beberapa petinggi Sudanesse Congres
Party (SCP) ditangakap oleh National Intelligence and Security Services. Di
antaranya adalah: Sekretaris Jenderal SCP Mastoor Ahmad, mantak Ketua SCP
Ibrahim Al-Shiekh, Wakil Sekretariat SCP Abdala Shama Al-Koun Adam, Wakil Ketua
Partai SCP Khalid Omer Yusuf. Mereka dianggap telah mengembuskan provokasi
untuk melakukan unjuk rasa - unjuk rasa tersebut. Sampai saat ini, gelombang unjuk
rasa yang lebih masif dan besar belum terjadi dan keadaan masih aman terkendali.
(rif’at)
0 Comments
Posting Komentar