Burung, Tayammun dan Kebenaran (Beriman Ala Burung)

oleh: Rif'at Mubarok
            
Judul yang terdiri dari tiga kata di atas sepintas terlihat aneh dan tidak mempunyai kesatuan makna sama sekali. Tetapi mari kita telusuri lebih lanjut. Titik temu hubungan antara tiga kata tersebut berada pada kata tengah judul yaitu “tayammun”. Burung dan Kebenaran dihubungkan tayammun? Bagaimana bisa? Mungkin itu yang berada di benak Anda saat ini.  

Sebelum Kita mengulas lebih lanjut masalah ini tentu Kita harus memperjelas dahulu apa arti dari tayammun. Tayammun artinya mendahulukan sebelah kanan dalam hal apapun. Tayammun  dalam Islam menjadi hal yang tak terpisahkan dalam adab keseharian maupun ibadah yang dilakukan. Hal ini tertuang dalam banyak hadits Nabi yang menerangkan  tentang keutamaan tayammun, satu di antaranya:
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ، فِي تَنَعُّلِهِ، وَتَرَجُّلِهِ، وَطُهُورِهِ، وَفِي شَأْنِهِ كُلِّهِ
“Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam amat menyukai memulai dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam urusannya yang penting semuanya” (Muttafaqun ‘alaih).
Ada pula hadits lain yang diriwayatkan oleh ibnu Umar r.a yang amat mencela lawan dari tayaamun yaitu tayassur:
إذا أَكَلَ أحدُكُم فليأكلْ بيمينِهِ . وإذا شرِبَ فليشربْ بيمينِهِ . فإنَّ الشَّيطانَ يأكلُ بشمالِهِ ويشربُ بشمالِهِ
jika seseorang dari kalian makan maka makanlah dengan tangan kanannya dan jika minum maka minumlah dengan tangan kanannya. Karena setan makan dan minum dengan tangan kirinya” (HR. Muslim no. 2020).
Dari uraian singkat diatas maka bisa kita tarik garis merah bahwa tayammun merupakan anjuran dalam Islam yang sangat ditekankan. Penyebutan setan dalam hadits di atas yang bertayassur cukuplah kiranya untuk menekankan pelaksanaan tayammun, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa setan adalah musuh abadi dari Bani Adam.
Apakah anda percaya bahwa burung pun bertayammun?
Pertanyaan diatas akan menjadi gerbang pembuka untuk mengungkap kesinambungan judul tulisan sederhana ini, namun sebelum kita menjawab pertanyaan di atas ada pertanyaan lain yang harus kita jawab bersama-sama.
Mengapa burung-burung tidak pernah bertabrakan ketika terbang meskipun mereka terbang dalam kerumunan?
Tim peneliti dari Unversity of Queensland berhasil mengungkap rahasia sederhananya: burung selalu berbelok ke arah kanan. Dalam penelitian itu, tim peneliti melepaskan beberapa ekor burung parkit dari dua ujung terowongan, dan merekamnya menggunakan kamera video berkecepatan tinggi untuk mengamati strategi para burung. Ada 10 burung yang melakukan 102 penerbangan, dan tim mencatat, tak ada satu pun tabrakan yang terjadi.[1]
“Burung pasti mengalami tekanan evolusi yang kuat hingga bisa menguasai keterampilan dasar terbang untuk meminimalkan resiko tabrakan di udara,” kata Mandyam Srinivasan, profesor Queesland Brain Institute (QBI) yang menjadi penulis utama studi.
Perkataan Mandyam Srinivasan merupakan kesimpulan ilmiah yang ia buat berdasarkan percobaan yang ia lakukan. Ya itulah yang dapat dijangkau science. Ia hanya mampu menjangkau fisik dan tidak sekali pun mampu menyentuh ranah metafisika.
Sebagai seorang muslim Kita harus menancapkan keyakinan sedalam-dalamnya di hati bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah ketentuan Allah. Ini merupakan aksioma yang absolut, tidak ada keraguan di dalamnya, karena ini berkaitan erat dengan iman.
Iman seorang manusia selalu berubah-ubah kadang naik kadang pula turun. Ia bagaikan bebungaan yang harus selalu kita rawat agar tidak pernah layu dan terus mekar menabarkan keindahan. Sekali kita lalai dalam perawatannya, niscaya ia akan layu bahkan mati. 

Salah satu cara untuk membuatnya iman kita tetap bermekaran adalah dengan memperhatikan ayat kauniah, memperhatikan segala mahluk ciptaanya, termasuk burung yang kali ini sedang kita bahas dan tadabburi untuk memperoleh hikmah yang dapat memperkuat Iman Kita kepada Allah. 

Mengapa burung bisa menemukan cara untuk melakukan hal yang bahkan manusia sendiri sulit dan butuh waktu lama untuk mengungkapkan hal itu? (tidak pernah bertabrakan ketika terbang meskipun mereka terbang dalam kerumunan) padahal kita ketahui bersama bahwa burung tidak lebih berakal dari manusia. Tentu ada rahasia di balik semua ini, dan rahasia itu tidak lain dan tidak bukan adalah kuasa Allah. Ia lah yang menghadirkan insting pada burung untuk berbelok ke kanan tiap kali bersirobok (berpapasan dan berhadapan) dengan burung lainnya tanpa sedikitpun keraguan yang menghalangi para burung untuk melakukan itu. Sepersekian detik saja salah satu dari burung itu terlambat mengambil keputusan ke arah mana ia akan berbelok ketika berhadapan dengan burung lainnya, niscaya akan terjadi tabrakan yang dapat mencelakakan. Allah pula yang memilihkan arah kanan sebagai ketentuan yang ia ingini dan senangi agar manusia dapat mengambil hikmah dari hal itu. Inilah KEBENARAN di balik semua itu. Bahwa burung bisa selamat dari tabrakan hanya dengan mengikuti insting yang dianugerahkan oleh Allah. Ia tak pernah berpikir untuk membantah atau bertanya kenapa harus berbelok ke kanan. 

Bisakah Kita sebagai manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai mahluk yang paling sempurna memetik hikmah dari para burung? Sedang fenomena yang banyak terjadi justru sebaliknya, manusia sebagai mahluk yang paling sempurna justru seringkali mempertanyakan apa yang harusnya tak lagi dipertanyakan, menyangsikan apa yang harusnya disangsikan.
وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَٰذَا الْقُرْآنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا الكهف: ٥٤
"Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah."
Jika Kita cermati lagi dari kebenaran bahwa burung selamat dan tidak pernah bertabrakan meski terbang dalam kerumunan, ada satu lagi hikmah yang bisa kita ambil. Bahwa jikalau tiap-tiap dari kita mengikuti dan menerima kebenaran maka selain kita mendapatkan keselamatan, persatuan umat juga akan terjaga. Perpecahan yang terjadi dalam Umat Islam karena adanya beberapa oknum yang lebih mementingkan ego dan fanatisme pribadi maupun golongan dibandingkan mengikuti fitrahnya untuk menerima kebenaran. Mari kita tanyakan bersama-sama pada hati nurani kita, apakah kita merupakan golongan orang-orang yang berpihak pada kebenaran atau pada ego dan fanatisme golongan? Karena nyatanya pada saat ini persatuan Umat Islam masih lah belum kokoh dan kuat hingga mudah tercerai-berai. Berpihaklah pada kebenaran sebagaimana keberpihakan burung pada titah Allah untuk berbelok ke kanan kala bersirobok dengan burung lainnya.




[1] http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/09/mengapa-burung-tak-pernah-saling-bertabrakan-ketika-terbang

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak