PULANG. BAWA APA?

Ditulis oleh : Muhammad Faras Muhadzidzib (Peserta Simposium Internasional Cairo 2016)

Mungkin postingan ini sedikit panjang. Sebetulnya kalau ga dibaca juga tidak masalah. Tapi coba dulu aja dibaca, siapa tau bermanfaat. He he.. Postingan ini ditulis sebagai sarana curhatan diri. Dalam penulisannya, tidak terlalu mementingkan aspek kronologis ataupun sistematika kata. Menulis dengan coba mengikuti suasana hati.

Sudah beberapa hari kami sampai di Indonesia. Pulang dari Mesir dalam rangka mengikuti simposium (alhamdulillah plus jalan-jalan) yang diselenggarakan oleh PPI Dunia. Ketika pulang, saya ketemu beberapa kawan di Indonesia. Banyak diantaranya yang nanya, “Asik. Bawa oleh-oleh apaa?”. Kalau masih ada, insyaAllah dapet bagian temen2. Tapi mohon maaf tidak bawa banyak. Maklum mahasiswa.. dan maksudnya begini.. semoga postingan ini bisa jadi buah tangan yang lebih baik. Bisa lebih bermanfaat ketimbang gantungan kunci dan kawan2nya.

Alhamdulillah, cukup banyak tempat yang kami kunjungi ketika berada di Negeri 1000 Menara.. Piramida, Patung Sphinx, Sungai Nil, Univ. Al-Azhar, Al-Azhar Park, Sekolah Indonesia-Cairo, Kedubes RI untuk Mesir, Wisma Nusantara, Benteng Salahuddin Al Ayyubi beserta Masjidnya, Makam Imam Syafi’i, Masjid Husein (Cucu Rasulullah SAW), Alexandria, Laut Mediterania, Benteng Qaitbay, dan beberapa tempat lagi yang saya lupa namanya Intinya, bener apa kata Imam Syafi’I. “Bepergianlah. Maka ada lima keutamaan untukmu. Melipur duka dan memulai penghidupan baru. Memperkaya budi, pergaulan yang terpuji, serta meluaskan ilmu”.

Alhamdulillah, semasa kuliah, Allah telah kasih saya kesempatan untuk mengunjungi 3 benua ; Afrika, Eropa, dan Asia. Kemudian saya setuju dengan apa kata bang Angga Dwi Putra (alumni UI), banyak orang yang masih ngira kalo traveling itu cuma sekedar "Where you go". Selfie depan landmark, nginep di hotel, trus pulang. "Been there, done that, that's it". Banyak yang lupa pertanyaan lain: "who do you meet, what do you learn, and how it changes you".

Ketika di Eropa, saya takjub dengan keindahan kotanya. Transportasinya super nyaman, sekolah & rumah sakit hampir dipastikan gratis. Adapun pengalaman lain adalah ketika kemarin di Mesir. Saya rasa kondisi jalanannya tidak lebih baik dari Jakarta. Saya pun agak sangsi ; kok bisa kita yang padahal tamu tapi diperlakukan kurang baik? Seperti dijailin di imigrasi, diteriaki Ali Baba, atau troli koper yang ditendang ketika ga sengaja ngalangin jalan. Yah..biarlah jadi pemanis perjalanan. Di satu sisi jadi bersyukur karena dilahirkan di Indonesia. Orangnya ramah-ramah. Bahkan orang Mesir kebanyakan nyebut orang Indonesia Ahsan Nas, Manusia Terbaik.
     
Andaikan ga traveling, darimana kita bisa dapet pengalaman itu? Kalau cuma liat dari postingan orang kayanya kurang nendang. Traveling bener2 ngajarin banyak hal. Kita kudu jago ngatur waktu dan ngatur uang. Kita dipaksa harus nyesuaikan budaya. Membiasakan diri dengan hal baru ; puasa lebih dari 15 jam, solat subuh jam 3 dini hari, solat berjamaah dengan yang mazhabnya tidak sama. Ketika masih ada orang yang sibuk teriak “kafir!” ke orang yang beda dikit cara atau pemahaham, traveling justru akan membuka pikiran dan wawasan.

Pergi ke negeri orang bukan berarti lupa sama negeri sendiri. Kita bisa banyak belajar dan lakukan perbandingan. Kita bisa ambil nilai2 positif dari negara lainnya. Kadang kita terlalu terpaku sama "rumput tetangga lebih hijau", iri sama Singapura tapi disuruh belajar disiplin kaya mereka, kita ogah. Kita sebel sama Malaysia yang lebih maju tapi gengsi pas disuruh belajar sama mereka. Kadang kita sendiri ga sadar kalo sebenernya tanah kita subur, penduduk kita banyak dan hebat, kita kaya budaya dan sumber daya.

Semoga kita semua diberi rezeki sehingga bisa nengok dunia luar, belajar dari pengalamannya, kemudian sama-sama membangun Indonesia.
Izin cerita sedikit lagi.. Alhamdulillah, beberapa hari setelah tiba di Indonesia, saya dapat whatsapp dari dosen. “Apa berminat ikut student exchange?”, seketika langsung merinding. Student exchange..dua kata yang dulu hanya ditulis di lembar mimpi ketika tahun pertama kuliah. Beliau menawarkan program beasiswa dari suatu lembaga di Eropa untuk negara ASEAN.   

Sebelum ngepost ini saya galau..antara maju atau mundur dari penawaran. Karena tadinya orangtua dan saya juga ingin lulus tepat waktu. Selain itu, masih harus ikut seleksi dan mengumpulkan berkas dan sebagainya. Tapi sebenernya yang ngebikin galau adalah karena sadar cita2 ini dirasa tinggi, tapi nyatanya diri masih kurang. Rasanya "belum pantas" dapet beasiswa untuk student exchange. TOEFL masih prediction, itu pun masih jauh dari angka 500. Terlebih terkendala IPK ane yang tak seberapa.. Dan yang ngebikin galau lagi adalah karena takut gagal.

But alhamdulillah, kemarin malem dapet wejangan. Sakitnya gagal emang perih banget. Tapi percaya deh, lebih perih lagi kalo kamu ga pernah mencoba buat berhasil terus kamu sadar kamu ga punya kesempatan lagi. Makin sering kamu gagal, tapi akhirnya kamu sukses, rasanya pasti lebih manis dibanding nyoba sekali trus langsung berhasil.  

Dan sekarang yang penting usaha aja dulu. Bismillah.. Karena di salah satu ejawantah hadits Nabi ;

ﺍﺣﺮﺹ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﻨﻔﻌﻚ ﻭﺍﺳﺘﻌﻦ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺗﻌﺠﺰ 

bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu, mintalah tolong pada Allah, dan janganlah lemah. Kalau kata film mah, don’t even let somebody tell you, you can’t do somenthing. You got a dream, you gotta protect it. Never give up on your dreams!

Photo : Dokumentasi Panitia SI Cairo


Admin I el Nilein

Posting Komentar

0 Comments

Formulir Kontak