oleh: Faridi Abdul Mukti
Puasa
adalah salah satu dari rukun dan kewajiban dalam agama islam. Ia sebagai
pendidikan dan perbaikan jiwa manusia. Ia juga sebagai pemelihara bangunan
jasmani sekaligus sebagai penguat tekad dan kesehatan. Diriwayatkan oleh
Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Umar RA mengatakan :
سمعت رسول الله
صلّى الله عليه وآله وسلم يقول: بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلا الله،
وأن محمدا رسول الله، وإقام الصلاة، وإيتاء الزكاة، وحجّ البيت، وصوم رمضان
“Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “Islam itu
dibangun diatas lima hal : bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan
bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berhaji ke baitullah, dan puasa ramadhan.”
Puasa
dalam pandangan islam adalah riyadhah ruhiyyah (olah jiwa) dan sebagai
suatu jalan untuk mempersiapkan diri menjadi pribadi yang bertakwa kepada Allah
Azza wa Jalla, baik dalam keadaan sendirian maupun terlihat orang lain. Ia juga
sebagai madrasah kesabaran, jihad, dan kemampuan menanggung kepayahan. Oleh
karena itu disebutkan dalam hadits nabawi sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Ibnu Khuzaimah dan Al-Baihaqi bahwasanya :
الصوم شهر الصبر، والصبر ثوابه الجنة
“(Bulan) puasa adalah bulan kesabaran, dan pahala
kesabaran itu adalah surga.”[1]
Puasa
bukanlah kewajiban yang semata-mata dibebankan kepada kaum muslimin saja,
melainkan ia juga merupakan ibadah yang sejak dahulu telah diwajibkan dalam
syariat-syariat umat yang lain. Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kalian, agar kalian bertakwa.” (Al-Baqarah : 183)
Puasa
itu menyucikan jiwa dan membuat Allah rida. Tidak ada didalam puasa itu
kepayahan yang teramat meletihkan atau sesuatu yang tak tertahankan, karena
sesungguhnya puasa itu hanya bilangan hari-hari tertentu yang sedikit dalam
setahun, yaitu hanya sebulan.
لو علمت أمتي ما في رمضان من الخير،
لتمنّت أن يكون السّنة كلها
“Kalaulah umatku tahu kebaikan yang ada di Bulan
Ramadhan, niscaya mereka berharap Ramadhan itu ada sepanjang tahun.”[2]
Sumber : At-Tafsiir Al-Wasiith karya DR Wahbah
Az-Zuhaili
[1] DR Muhammad
Musthafa Al-A’zhami mengatakan bahwa isnadnya dha’if, karena didalamnya ada Ali
bin Zaid bin Jad’an dan dia adalah seorang perawi yang lemah.
[2] Didalam sanad hadits ini ada Jarir bin Ayyub, Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Al-Mathaalib
mengatakan Jarir bin Ayyub adalah perawi yang menyendiri dan dia adalah perawi
yang lemah sekali.
0 Comments
Posting Komentar