![]() |
picture by: Hawas Muhammad |
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an oleh saudara Hidayatulloh
yang membacakan surat Ar Ruum ayat 21 sampai ayat 22, kemudian dilanjutkan
dengan khutbah nikah yang disampaikan oleh Ustadz Syafrizal. Beliau menjelaskan
betapa agungnya sebuah pernikahan yang merupakan mitsaaqon ghalidza (perjanjian yang amat
kukuh), serta pernikahan juga merupakan penyempurnaan setengah agama seorang
muslim. Ketika setengahnya telah disempurnakan, maka tinggallah ia menjaga
setengahnya lagi dengan cara bertakwa kepada Allah dengan Sebenar-benarnya
takwa. Selain itu, beliau juga menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban yang harus
dipenuhi oleh pasangan suami-istri.
Setelah khutbah nikah ditutup dengan salam, maka tibalah pada acara
inti yaitu akad nikah. Prosesi akad
nikah diawali dengan pembacaan ketentuan-ketentuan pernikahan oleh Bapak Fahmi
Umar selaku wakil Petugas Pencatat Nikah (PPN) KBRI Khartoum. Akad nikah berlangsung agak
tersendat karena mempelai laki-laki merasakan nervous, sehingga ijab
qobul harus diulang tiga kali
berturut-turut. Bahkan pada kali kedua, pengucapan ijab qobul ditulis di
atas kertas oleh Bapak Fahmi Umar untuk memudahkan mempelai laki-laki. Setelah bersusah-payah
menaklukan kekeluan lidah, akhirnya terucaplah ijab qobul dengan lancar tepat pukul 18.28, kemudian Bapak
Fahmi Umar bertanya kepada kedua saksi yaitu Ustadz Syafrizal dan Bapak Duta Besar
RI untuk Sudan dan Eriteria tentang keabsahan akad nikah tersebut. Serentak
dua saksi menjawab sah. Ketika kata “sah” diucapkan oleh dua saksi, atmosfer
ruangan yang tadinya tegang, berubah
menjadi gegap gempita oleh takbir yang menggema serta sumringah senyuman yang
terpancar dari tiap wajah yang menyaksikan prosesi yang amat sakral itu. Bersama
dengan sah-nya ikatan kedua mempelai, maka sempurna pula separuh agama
keduanya, dan terbukalah ladang ibadah yang indah dan penuh pahala untuk
keduanya. Kemudian keduanya dengan bangga menunjukkan buku nikah yang telah
dibubuhi tanda tangan masing-masing. Selepas usainya prosesi ijab kabul, Tio
Kurniawan selaku pembawa acara mencairkan suasana dengan pantun-pantun jenaka. Diantaranya:
Pesan dikirim oleh kak Alfan
Lalu diterima oleh Saleh Al Jufri
Selamat untuk Solahudin dan Tambunan
Semoga bisa saling melengkapi
Ada peristiwa yang lucu namun mengharukan saat itu. Ketika mempelai
wanita mencium tangan mempelai pria, terlihat keduanya canggung dan kaku,
bahkan serta merta keduanya menjauh dan menjaga jarak. Tiba-tiba satu diantara
undangan yang menyaksikan berteriak “baru sah kok jauh-jauhan?”, teriakan
itu disambut gelak tawa para hadirin, dan bersaut-pautlah teriakan bernada serupa yang
membuat pasangan pengantin baru itu semakin rikuh dibuatnya. Begitulah indahnya
proses pernikahan yang tidak dimulai dari pacaran, sangat indah dan
mengharukan. Tentu beda cerita jikalau hal itu terjadi pada pasangan yang
mendahului pernikahannya dengan pacaran, mencium tangan bukanlah hal yang pantas dirikuhkan dan
dianggap spesial.
Setelah itu, Bapak Drs. Burhanuddin
Badruzzaman memberikan sambutan. Beliau mengungkapkan bahwa dirinya sangat
senang diundang ke akad nikah semacam ini di Sudan. “ Suatu kebanggaan bagi
saya menjadi saksi nikah, siapapun yang akan menikah di Sudan hubungi saya
untuk menjadi saksi nikah, karena hal itu membuat saya merasa kembali muda dan
bernostalgia ketika menjadi pengantin baru, sayang ibu tidak ikut.” Beliau
berseloroh sambil tersenyum hangat. Beliau juga memberikan nasehat kepada
mempelai untuk siap menghadapi segala ujian yang akan datang ketika sudah
bersama. Terutama adalah penyakit bosan. Beliau mengatakan pada mulanya memang
terasa menyenangkan, tetapi akan datang suatu saat dimana kita merasa bosan
pada satu sama lain. “Cinta tidak ada yang kekal, yang dapat mengekalkan
adalah kasih sayang, contohnya seperti kasih sayang orang tua terhadap anaknya,
itu kekal, cinta selalu identik dengan nafsu”. Ujar beliau, sebelum beliau
beranjak pergi untuk menghadiri undangan dari Duta Besar Ethiopia.
Akhir acara ditutup dengan do’a yang
dibawakan oleh Ustadz Abdullah Al Manan dan diamini oleh seluruh yang hadir
dengan khusyu’ . Semoga kedua mempelai bisa saling mengiringi dan
melengkapi. Semoga sang istri bisa menjadi purnama yang selalu menghiasi
pandangan suaminya. Semoga sang suami bisa menjadi Solahuddin bagi keluarga yang dipimpin, serta membawa kemenangan pada tiap peperangan melawan ujian kehidupan dan mengantarkan pada akhir yang husnul khotimah. Semoga keduanya bisa menjalin keluarga yang sakinah, mawaddah,
wa rahmah. Aamiin. (Times New Roman 12).
0 Comments
Posting Komentar